BDG 04 JNR: Berawal dari Sebuah Mimpi

September 2013.
Berawal dari sebuah mimpi. Memang itulah kalimat yang (sepertinya) tepat untuk menggambarkan peristiwa ini. Berawal dari sebuah impian empat orang pemuda yang ketika itu sedang merayakan ulang tahun gue. Impian untuk pergi ke tempat yang belum pernah mereka datangi sebelumnya, Trans Studio. Pertengahan September 2013. Tanggal telah ditentukan, 11 Januari 2014. Dengan moda transportasi bis AKAP Harum Sari/Harum BSI mana yg bener gue gak tau. Lama liburan 4 hari.

Hari berlalu. Ada berita tambahan 2 orang perempuan, yakni Dini dan temannya. Oke, jadi bakal ada kami berenam (kuartet Lapo (gue, Rizky, Ridho, dan Uak), dan Dini, dan temannya Dini). Dua perempuan, empat laki-laki. It's okay, I guess. We can take care of ourselves, right..?

Seperti yang lainnya, rencana tidak luput dari masalah. Banyak masalah yg menggoyang rencana. Bahkan destinasi sempat bergeser ke Bali. BALI..!!! Ya, itu karena ada tiket promo murah semua rute IDR 55rb. Tapi berhubung flight date yang gak sesuai, maka batal lah ke Bali. Selain itu, dikarenakan ujian brevet di Rizky, maka tanggal dimajukan menjadi 4 Januari 2014. Dan lama liburan menjadi 5 hari.

November 2013.
Tiket sudah di tangan. Namun ada berita tidak mengenakkan, 2 dari kami batal berangkat dikarenakan urusan pekerjaan. Oke lah, empat orang, masih bisa ditolerir. Dan ketidakpastian dari temannya Dini pun membuat gue berpikir gue hanya sebagai penggembira nantinya. But, show must go on. Empat, tiga, atau dua sekalipun, harus tetap jalan karena rencana ini sudah matang.

Desember 2013.
Bergabunglah Kris dan Farid. Sehingga kami berlima. Ya, temannya Dini akhirnya cancel. Fix lah kami berlima yang berangkat. Segala planning dijabarkan. Mulai dari anggaran, tempat wisata, tempat menginap, hingga moda transportasi selama di sana.

Januari 2014.
1 Januari 2014: Just A Regular New Year's Eve
Nothing much. Just a regular new day on a new year. Bangun siang setelah begadang semaleman di Jakabaring bersama Ridho dan Rizky. Tak lupa "sarapan" di KFC Kambang Iwak sampai jam 2 pagi. Starting a new day with your best friends...again.

2 Januari 2014: Preparation
Gue, Rizky, dan Dini mencoba mencari "kebutuhan hidup" selama di sana, mulai dari snack di jalan, sampai snack di Bandung. Well, gue cuman beli sedikit snack buat di jalan, bukan karena kantong yg tipis, tapi karena memang sudah gue estimasi seberapa banyak snack yang nantinya gue makan.

Urusan packing, setelah pulang dari Indogrosir. Hasil packing..? 1 tas slempangan, 1 tas ransel, dan 1 tas jinjing. Agak banyak memang, karena gue masih harus melanjutkan perjalanan ke Solo sementara mereka semua kembali ke Palembang.

3 Januari 2014: Penantian
Gak bisa tidur... Gak bisa tidur...

4 Januari 2014: The Trip Begins

Hari telah tiba. Apa yang gue lakukan pertama kali..? Nge-sol sepatu. Yah, itulah kegiatan pertama gue di hari itu. Setelah itu..? Muter-muter pasar Sako mencari water heater yg bentuk termos. Selesai jam 9. Gue lanjutkan mandi dan bersiap diri.

Setengah 11, diantar ayah tercinta menuju tempat pemberangkatan bis di Poligon. Well, sesuai estimasi, macet parah di Poligon karena ada pelebaran jalan di dekat jembatan Musi II. Pukul 12 tiba di pool bis Harum BSI.

Dan di situ, duduklah dua orang yang gue kenal, Kris dan Farid. Mereka tiba lebih dahulu karena memang gue sms supaya berangkat pagi, berhubung rumah Kris yang jauh dan Farid berangkat bareng Kris.

Oke, skip. Setelah kami berlima kumpul, memasukkan bagasi, dan naik bis, bis tidak langsung berangkat, bis menunggu penumpang yang lain. Dijadwalkan berangkat pukul 13:00 WIB, namun baru benar-benar berangkat mendekati jam 2. Tipikal orang Indonesia.

And off we go. Bye, Palembang. Gonna miss you for a week.

5 Januari 2014: Here We Are
Tiba di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni pukul 03:00 WIB. Antrian masuk kapal didominasi oleh truk-truk. Direncanakan masuk dermaga 5. Lupa nama kapal yg lagi mangkr di situ. Tapi udah keburu penuh. Nunggu, datanglah KMP Jatra III. Kapal tua, batin gue. Well, kenyataan ternyata lain. Jam 05:00 WIB, bis masuk ke dermaga Plengsengan, dan masuk ke lambung KMP Windu Karsa Dwitya. Lebih parah dari Jatra III, batin gue. But, perjalanan berlangsung aman. Laut bersahabat. Meski kapal sedikit miring ke kiri karena beban, namun kami berhasil merapat di Pelabuhan Penyeberangan Merak pukul 08:00 WIB.

Turun dari kapal, kami disuguhkan pemandangan yang benar-benar lain dari Sumatera. Selama di Sumatera, kami disuguhi pemandangan hutan; di Jawa kami disuguhi pemandagan sawah, jalan tol, gedung bertingkat, jembatan Semanggi, Patung Dirgantara/Patung Pancoran, dll. Gue jadi kangen Pancoran. :')

Selepas dari kapal, bis tidak berhenti hingga di pasar Caringin. Tiba di Caringin lebih kurang pukul 13:00. Seturun dari bis, gue dan Kris langsung mencari penjual batagor. Isi perut dulu, bro. Dari kapal belom makan. Sementara Rizky, Farid, dan Dini mencari nasi Padang, gue dan Kris lanjut ke bubur ayam. Ada yang unik di sini, bubur ayam di sini gak ada kuahnya. Dijemput bapak pemilik apartment, dan tiba di apartemen untuk istirahat.

Sore-sore, jalan ke Bandung Trade Mall, beli KFC untuk makan malam. Agak jauh sih, sekitar 1,5 kilo dari apartemen. Asiknya, angin dingin menerpa kami meski cuaca tidak mendung.

Oke, skip. Gak ada yang penting di situ kecuali pemilik apartemen menemui kami untuk melunasi DP sewa apartemen untuk 5 hari.

Malamnya, setelah mandi, gue, Rizky, dan Dini jalan-jalan keliling apartemen. Biasa, anak muda, penasaran. Kris dan Farid..? Kita kunci dari luar. Hahaha. Naik lift ke lantai 16. Tiba di lantai 16, keliatan taman di atas apartemen, cuman letaknya satu lantai di bawah. Dengan penuh percaya diri, daripada jalan kelift, agak jauh, gue memutuskan untuk menggunakan tangga darurat. Tanpa mengetahui apa-apa, kita bertiga masuk tangga darurat. Sampai di lantai tertuju, pintu terkunci, kembali ke atas juga terkunci. Ya, gue juga gak tau kalo pintu tangga darurat gak bisa dibuka dari dalem.

Keringat dingin. Turun lagi, berharap ada pintu terbuka. Dan untungnya ada pintu terbuka di lantai 12. Thanks, God, masih bisa keluar dari pintu itu. Coba kalo gak keluar, sampe pagi di situ. Mau nelpon, hape di kamar semua. Pelajaran: jangan masuk tangga darurat kecuali memang darurat dan bisa dibuka dari dalam.

Kembali ke cerita. Setelah kembali ke lantai dimana terdapat taman tadi, gue terpesona dengan pemandangan di situ. Bandung di waktu malam. Dari atas apartemen. Sambil bilang ke Rizky dan Dini, "Guys, this is....Bandung"

Setelah itu, om nya Dini (adik dari bapaknya Dini) datang menemui kami. Mengobrol sebentar, kami diajak masuk ke dalam mobil, dan keliling gratis. Sempat foto-foto sebentar di lapangan depan gedung Sate. Sebagai orang Palembang, gue gak nyangka kalo malem itu bakal dingin banget, padahal gue pake kaos selapis doank malam itu. But, kata orang situ, itu gak dingin, udah panas.

Lanjut dari Gedung Sate, perjalanan berlanjut. Kami mampir sebentar ke rumah om nya Dini di daerah Cimahi. Satu yang tak disangka, kami masih bertemu PES (Pro Evolution Soccer). Ke mana kami melangkah, selalu ada PES bersama kami. Hahaha. Maen lawan om nya Dini, semua kalah telak. Cuman gue yang berhasil nahan 2-0 di round pertama. Round kedua, 8-0.

Satu yang disayangkan, gue gak ketemu Krisyanto dkk (baca: Jamrud) di Cimahi.

Oke, kembali ke apartemen, tiba jam 1 malam. Langsung tidur.

6 Januari 2014: Yamaha Racing Coaster
Destinasi utama, Trans Studio Bandung. Berangkat dari apartemen jam 10 pagi dengan menggunakan motor sewaan. Sialnya, motor yg gue naekin bannya bocor. Bah. Di jalan, gue sempet misah karena salah muter. Tapi, tetep sampe di tujuan dengan selamat, kok.

Sampai di situ, dengan semangat gratisan, kami berniat mencoba semua wahana yang ada. Dimulai dari Science apalah gitu. Ada ranjang paku, di mana gue tiduran di situ, dikerjain sama mas-mas yg jaga di situ. Hahaha. Sempet dibuat bingung mikir cara ngelepasin tali dari balok kayu, dsb.

Oke, lanjut ke wahana yg sedikit menegangkan, The Vertigo. Gue kira bakal biasa aja, ternyata gue salah. Tangan gue kesemutan gara-gara megangin tuh pengaman. Serasa mau lepas tuh pengaman.

And so on, sampai ke wahana terakhir, wahana yang menjadi andalan tempat ini, Yamaha Racing Coaster. Sengaja kami taruh terakhir karena kata om nya Dini, wahana ini bikin badan lemes. Masuk antrian, naik ke kereta, masuih biasa. Begitu jalan, serasa ditarik kenceng, dan badan diteken ke bawah. Sumpah, heboh rasanya. Mau teriak, tapi gak bisa teriak gara-gara sensasinya. Dan selesai dari situ, dengan masih di atas rel, kaki gue keram. Alhasil, keluar mesti dibantu petugas. Dan benar, gue susah jalan lurus, kepala muter-muter. Di situlah limit gue, pembaca sekalian. Daaaaan yang gak gue duga, Farid, Rizky, dan Dini masih lanjut satu wahana lagi, lupa namanya, yang mirip Kora-Kora gitu. Saluuut gue. Hahaha.

Malamnya, jalan ke Paris Van Java, dengan motor. Kebayang dinginnya. Pulang dari PVJ jam setengah 11 malam. Sempet nyasar 2 kali. Sampe apartemen jam 1 malam. Terimakasih buat bapak satpam yang udah nunjukin jalan ke Kiaracondong.

7 Januari 2014: The Animal Show
Seharusnya jadwal hari ini kita berlima ke Tangkuban Parahu (bukan Tangkuban Perahu, karena bahasa Sunda), tapi entah kenapa schedule bergeser, Tangkuban Parahu hari Rabu, sedangkan Taman Safari hari Selasa. But, it's okay.

Seperti kebanyakan orang Indonesia, rencana berangkat dari penginapan jam 6 pagi. Tapi apadaya, yang bangun jam 5 pagi cuman gue. Yang lain masih molor. Ditambah mobil sewaan baru datang jam 7:30 pagi. Jadi, berangkat dari penginapan jam 10. Meski berangkat jam 10 pagi, perut kami masih kosong. Ya, kosong karena balum sarapan. Memang rencana kami sarapan di jalan.

Oke, skip. Jadi, tujan hari ini adalah Taman Safari. Dipandu 2 buah GPS (Here Drive+ dari gue, dan Google Map dari Rizky), perjalanan berjalan lumayan lancar. Kenapa lumayan..? Karena ketika itu mobil rentalan kami menabrak bumper belakang sebuah angkot. Salah angkotnya sih memang karena ngerem mendadak, tapi kami sudah siap jika memang nanti berujung perkelahian karena memang ada sedikit penyok pada bumper angkot tersebut. Apa yang kami sangka meleset. Supir angkot yang bertato dan bertindik, yang kami kira akan marah-marah dsb ternyata dengan lembut selembutnya orang Sunda berkata:

"Ada apa..?"
"Itu, kena belakangnya."
"Oh, gak apa-apa."
"..."

Yah, itulah orang Jawa. Berbeda dengan kami orang Sumatra (meski gue Jawa, gue udah lama di Sumatra, jadi ya kebawa sini lah), mereka terlihat sulit marah jika berbicara. Sedangkan kami, berbicara biasa, seperti orang marah-marah.

And we keep going on.

Kalo gak salah, sekitar pukul 10 atau 11an, berenti makan di daerah Bogor, lupa daerah mana, tapi yg pasti sudah deket Taman Safari. Ya, makan sarapan telat yg dalam bahasa Inggris namanya brunch, singkatan dari breakfast dan lunch. Oke, lanjut jalan.

Sampe di Taman Safari sekitar jam setengah satu karena sempet macet gara-gara ada razia di daerah Puncak Pass. Untungnya gak kena. Oke, gak perlu dijelasin gimana cara masuk Taman Safari karena memang caranya agak kurang etis.

Kegiatan di kandang Taman Safari sih standar, liat binatang, kasih makan kuda, onta, gajah, jerapah, dan lain-lain. Keluar dari kandang utama, menuju tempat parkir untuk menikmati petunjukan dan eksibisi yang akan diadakan. Dimulai dari Baby Zoo, dimana kita masuk ke kandang binatang jinak seperti unggas. Kita bisa interaksi sama mereka kalo beruntung. Kayak gue contohnya, ada burung kakaktua yang nemplok di pundak gue. Mau foto sama burung toucan, tapi keburu kabur. Ada juga tempat untuk foto sama singa jantan dewasa. Sayangnya harus bayar. Yah, memang rencana kami adalah mendapatkan liburan seasik mungkin dengan dana seminim mungkin, jadi hanya menikmati yg gratis. Hahahahahaha.

Keluar dari Baby Zoo, kami naik terus ke Reptile House, melihat macam-macam primata, dan tak lupa melihat pertunjukan lumba-lumba. Gue baru tau kalo di Taman Safari ada lumba-lumba. Ada 3 ekor, satu namanya Naruto, satu namanya Michelle atau Marcel gue lupa, satu laginya gak tau siapa karena gak dipake di pertunjukan. Anyway trainernya cantik lho. Oh iya, di Taman Safari juga ada penguin. Jenisnya yang paling kecil, lupa namanya apa.

Satu hal, gue kalo di tempat beginian betah banget ngeliatin satu binatang ampe lama. Kayak di tempat pinguin contohnya. Sambilo nunggu ujan reda (pantes namanya kota ujan), berteduh di akuarium penguin. Dan gue cuman duduk bertopang dagu mengamati sekawanan penguin berenang di balik kaca akuarium. So majestic.

Selesai pertunjukan jam 4 atau setengah 5 sore. Langsung pulang karena memang kaki sudah tidak memungkinkan untuk berjalan. Supir perjalanan pulang diganti dari Rizky menjadi Kris. Navigator pun berganti dari Dini menjadi gue. Sampai di penginapan pukul 11 malam.

8 Januari 2014: Climb that mountain
Destinasi utama yang kedua, Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu.

Perjalanan kali ini ada 3 sesi. Sesi pertama, Museum Geologi, sesi kedua TWA Tangkuban Parahu., dan sesi ketiga adalah Pemandian Air Panas Sari Ater. Berangkat dari penginapan agak pagi, setengah 8, menuju alun-alun Gedung Sate, mencari sarapan di sekitar Taman Lansia, dan kemudian masuk ke Museum Geologi. Tiket masuk murah banget. Banget karena cuman IDR 2.000/orang untuk pelajar/mahasiswa. Dan lagi-lagi gue betah di sini.

Tak lupa oleh-oleh dari Museum Geologi, replika dinosaurus dari kayu. Ada juga sih yg lain-lain seperti roket mini, dll. Tapi mahal.

Selesai dari Museum Geologi, masuk sesi kedua, Tangkuban Parahu..!

Sial, cuaca tidak mendukung karena hujan. Entah sudah berapa hari kami diguyur hujan selama di Bandung. Namun semangat tak surut. Dan benar, setiba di daerah Lembang, hujan pun hilang. Tiba di Tangkuban Parahu pukul berapa lupa, tapi yg pasti kami sempatkan terlebih dahulu untuk berhenti di musholla di pintu masuk TWA karena Rizky, Farid, dan Dini harus menjalankan kewajiban mereka siang itu. Sedangkan gue dan Kris menunggu di luar.

Ketika kami tiba, kondisi sedang berkabut, jarak pandang hanya 3 meter. Dingin..? Sudah pasti. Dan baru kali ini gue liat sendiri gue ngomong keluar asap dari mulut. Serasa di luar negeri. Hahaha.

Selesai sholat, perjalanan pun berlanjut. Dengan jarak pandang 3 meter, Rizky melajukan mobil secara perlahan. Jalan menanjak pun memaksa mesin mobil untuk tetap di gigi rendah.

And here we are, at Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu, dengan ketinggian 1380 meter dpl. Takjub, gue takjub. Gue takjub karena pemandangannya, gue hampir gak percaya bisa ke sini bareng temen-temen gue, bareng secuil Laponta FC, bareng sahabat, bareng sodara gue se-Lapo, takjub karena gue bisa liat secara langsung Kawah Ratu yang dari dulu gue idam-idamkan, takjub karena.....entah apalagi. Yang pasti gue bener-bener takjub. Gue bisa memijakkan kaki di situ, titik tertinggi yang pernah gue pijak dengan kaki.

Ada satu cerita, di situ, ada satu titik yang boleh didaki, tapi gak ada yang mau ke situ karena jalannya yang susah, berbatu-batu dan terjal. Tapi spot di situ bagus, tinggi, dan sepi. Gue, Farid, dan Rizky bertiga naek ke tempat itu, dan hasil..? It was worth it, dude. They don't try hard enough to reach this place. It is hard to get there, but when you get there, the scene was so beautiful. You saw the parking lot, you saw other people were looking at you, and then you just smiled at them and wondered why they don't reach this place.

Di titik tinggi itulah kelihatan background pulau Jawa yang penuh dengan gunung, terlihat awan-awan putih bagai kapas bertebaran, terlihat awan di bawah kami. Ya, practically, kami ada di atas awan. Angin bertiup kencang, angin pegunungan yang dingin, diringi bau belerang yang keluar dari Kawah Ratu. So majestic.

Setelah puas melihat pemandangan dari Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu, kami pun turun untuk mencari makan sebelum melanjutkan naik lagi ke Ciater. Dan rasanya ada yang kurang kalau belum makan ini di Lembang. Ya. SATE KELINCI.

Bagi beberapa orang, mungkin tidak tega untuk makan kelinci yang imut, cantik, berbulu halus, dan menggemaskan tersebut. Namun siapa yang tahu kalau daging mereka itu enak jika tidak mencicipinya..? Well, tanpa ba bi bu, 5 porsi (75 tusuk) sate kelinci pun dipesan. Plus segelas bandrek susu hangat untuk gue. Ya, selama di Bandung, bandrek susu hangat selalu menjadi temen gue makan ketika dingin. Ajaib, bandrek dingin hanya dalam waktu 15 menit.

Untuk yang gak tega makan daging kelinci, gue kasih tau ke kalian kalo daging kelinci itu enak banget. Pake banget. Apalagi kalo bumbu satenya pas, lebih enak lagi. Itu sih pendapat gue. Kalo lidah si Kris sama Farid bilang aneh. Rizky dan Dini ni comment ttg daging ini. Mungkin enak menurut mereka. Semoga.

Oke. Selesai makan, tak lupa sholat maghrib untuk si Rizky, Dini, dan Farid. Gue dan Kris meluruskan kaki sejenak, lelah berjalan-jalan di gunung.

Selesai sholat perjalanan kembali berlanjut. Kembali naik ke arah Tangkuban, hanya bedanya, di simpang Tangkuban, jika ingin ke Tangkuban belok ke kiri, sementara kami ke kanan mengambil jalur turun ke arah Ciater. Next stop: Sari Ater Hot Spring Resort.

Dari sekian hari di Bandung, gue belom ketemu yang namanya air hangat. Sehari-hari gue mandi air dingin khas Jawa Barat. Baru kali itu gue ketemu air hangat. Mungkin panas lebih tepat. Malam dingin khas pegunungan, ditambah angin gunung yang berhembus menambah suasana dingin malam itu. Selepas sholat isya, kolam rendam pun menjadi sasaran kami. AKhirnya, air hangat.

Sekadar informasi, air di situ bisa panas karena mata air berdekatan dengan aliran lava gunung Tangkuban Parahu yang memang masih aktif. Itulah mengapa air di situ bisa panas. Coba bayangin kalo pake pemanas buatan, berapa panyak biaya yang dikeluarin buat panasin air segitu banyak..?

Dan, di situ ada 3 jenis kolam. 2 kolam berbayar, dan kolam gratis. Di kolam berbayar, kita bisa berendam dengan membayar sejumlah uang. Kolam berbentuk kolam renang dengan jumlah kolam 2 buah. Kalau ingin yang tertutup, ada kolam privat. Disewakan untuk yang bayar saja, bentuk kolam gak tau gimana. Sedangkan yang gratis ada banyak. Masuk sedikit ke dalam, ada banyak kolam gratis di Sari Ater Hot Spring Resort. Dengan bentuk kolam yang alami, dengan air terjun kecil, cocok untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.

Kali ini, kita pilih kolam yang bayar. Karena di kolam yang gratis gelap, udah malam. Daripada serem, ke kolam bayar aja, kolam bayar yang umum, bukan yg privat. Mahal, bro.

Begitulah perjalanan hari ke-4 di Bandung. Sampai di penginapan pukul 10 malam. Lebih cepat dari biasanya. Badan sudah pasti exhausted. Tapi, sebelum ke penginapan, disempatkan sebentar untuk makan martabak telur di pinggir jalan. Oh iya, di sini gue nyicipin sesuatu yang namanya CIRENG. Enak juga. Satu hal yang gue suka di Bandung, gorengannya, tempenya potongannya pas, gak terlalu tebal, dan juga gak terlalu tipis. Sehingga gak gitu garing dan gak gitu lembek. Pas.

9 Januari 2014: Wasting money
Kamis. Rental mobil sudah berakhir. Kembali rental motor. Lumayan bagus motor kali ini. 3 buah Honda Beat FI. Gue bertiga (gue, Rizky, dan Dini), keluar pagi-pagi dengan dalih mencari sarapan. memang awalnya mencari sarapan. Dan gak tanggung-tanggung, nyari sarapan di daerah ITB. Awalnya mau berlima, tapi berhubung si Kris mandinya lama, jadi duluan. Farid sih nungguin Kris.

Setelah sampai di daerah ITB, gak nemu satupun tempat sarapan yang gue inginkan. AKhirnya perjalanan lanjut ke arah Cihampelas. Dan di situ baru nemu, warung nasi kuning. Dari Cicadas ke ITB, lewat Dago, terus ke Cihampelas cuman nyari sarapan. Terus si Kris..? Masa bodo, disuruh nyusul. Mau nyamperin ke Cicadas jauh. Dan untung mereka gak nyasar. Anyway, gue sarapan di warung nasi kuning depan STBA Yapari. Kalo-kalo aja ada pembaca yang kuliah di situ. :D

Selesai sarapan, lanjut perjalanan ke Ciwalk. Di situ banyak FO (Factory Outlet) yang jual barang-barang ekspor dan impor dengan harga miring. Kenapa miring..? Karena di situ yang dijual adalah mereka yang tidak lolos QC. Bukan dalam artian jelek, namun karena tidak sesuai dengan standar ekspor dan impor, seperti penempelan logo yg seharusnya di kanan tapi malah di kiri. Mirip KW lah. Di sini gue nemu cd Bon Jovi yg Have A Nice Day dan dvd When We Were Beautiful. Tanpa pikir panjang, gue ambil. Kapan lagi bisa nemu gituan..?

Well, ternyata, di sini gue udah capek banget. Kepala gue berat, ngantuk, kaki pegel. Jelas capek, gue bisa dibilang selama di Bandung istirahat cuman malem doank. Oke, di sini gue ngerencanain pulang duluan, sementara yg lain cari oleh-oleh. Toh juga gue bukan tipikal orang yg demen beli oleh-oleh.

Tapi ternyata mereka kasian sama gue. Kita pulang bareng. Setibanya di penginapan, gue tidur. Tidur sampai malam menjelang. Entah apa yang terjadi saat itu, yg pasti gue tidur pulas abis.

Gue baru bangun malam sehabis maghrib. Gue mandi. Selesai mandi, gue, Kris, dan Farid nyari makan malam di lantai dasar penginapan. Ada menu nasi goreng. 15rb, tapi porsinya sesuai harga. Rasa pun juga. Gak nyesel. Rizky dan Dini..? Mereka menghabiskan quality time mereka dengan muter-muter Bandung. Katanya sih mau nonton di Blitz Megaplex PVJ, tapi katanya gak jadi. Ya udah.

Selesai makan malam, gue dan Farid muter-muter Bandung mencari stasiun Bandung Hall. Stasiun keberangkatan kereta gue besok pagi.

Satu hal yang menarik. Gue 3x nanya orang arah ke stasiun itu. Pertama tukang parkir, kedua mas-mas lagi nunggu di apotik, ketiga bapak-bapak gak tau abis ngapain. Yang bikin gue salut, tuh bapak-bapak nganterin gue dan Farid ke stasiun dengan cara ikutin motornya. Begitu sampai di stasiun, gue mau ngasih uang terimakasih, tapi gak ada. Ya pake duit Farid dulu lah. Dan ketika di kasih, kami malah dimarahin oleh bapak tersebut.

"Sudah. Gak usah." sergah bapak tsb.

Di situ kami kaget. Ternyata masih ada orang baik. Buat bapak yang tidak kami ketahui namanya, yang mungkin membaca blog ini, atau kerabat bapak tersebut. Gue ucapkan banyak terimakasih. Sumpah, makasih banget. Baru kali ini nemu orang asing yang sebegitu baik mau direpotin orang yang gak dikenal. (kejadian sebenarnya tanggal 9 Januari 2014, sekitar pukul 8 malam waktu Bandung).

Dan setelah yakin dengan menanyai petugas peron, dan memang benar, itu stasiun Bandung Hall. Gue pulang dan packing buat berangkat besok.

10 Januari 2014: We Go Our Separate Ways
Pukul 04:00
Alarm gue bunyi. Gue bangun, mandi pagi. Dan packing lagi. Masukin pakaian kotor buat tidur tadi malam, dan peralatan mandi. Gue bangun pagi itu karena gue harus mengejar kereta ke Solo. Ya, ke Solo karena gue ada urusan keluarga di situ.

Selesai mandi, gue duduk-duduk nyantai, browsing internet, lihat-lihat lagi foto-foto kemarin. Senyum-senyum sendiri. Masih terperangah kalo kita berlima bisa sampai ke sini. Selagi tidak ada kerjaan, gue berdoa buat perjalanan ke Solo nanti.

Pukul 06:00
Checking lagi. Tiket kereta, tiket bus, oleh-oleh, baju, peralatan mandi, ransel, buku tulis, kamera, powerbank, charger, handphone, kupluk, dan tak lupa kacamata hitam.

Pukul 06:30
Baru Farid yang bangun. Gue jabat tangan Farid, menepuk punggung khas pria, seraya mengucapkan kata selamat jalan dan terimakasih.

"Oke, Rid, pamit dulu. Aku duluan, harus ngejar sepur. Hahaha. Salam buat yang laen. Kalo ada barang yang ketinggalan, tolong dibawa dulu, nanti di Palembang di ambil. Thanks sudah bikin liburan ini terwujud. See ya in Palembang..!" kata gue.

Dan gue pun melangkah keluar pintu kamar SC 7A-20, menuju ke elevator yang nantinya mengangkutku ke parkiran kendaraan. MEmasukkan kunci motor, dan keluar Apartemen Gateway Cicadas. Dengan senyum di wajah gue. Menuju stasiun Bandung Hall.

Sesampai di stasiun, cerita belum berakhir. Gue belum sempat sarapan. Rencana mau nyari sarapan di jalan, eh, gak ada yang buka. Sialan. Ditambah gue mesti ketemu sama yang punya motor lagi dah. Oke. Satu per satu.

Motor sudah balik ke yang menyewakan. Dan sekarang gue kelaparan. Untung ada toko roti. Dua buah roti isi krim gue beli. Masih hangat. Cocok untuk sarapan pagi itu. Ditambah sebotol air mineral.

Gue berjalan menuju peron, melewati tempat pemeriksaan karcis. Gue duduk di peron 6. Sambil menunggu kereta gue datang, gue sarapan roti. Dengan pemandangan gerbong kereta Turangga, pagi itu gue sarapan sendirian.

Pukul 07:30
Kereta gue datang. Argo Wilis jurusan Bandung - Surabaya Gubeng. Tapi gue gak sampe Surabaya Gubeng, gue turun di Solobalapan. Oke. Gue naik kereta, mencari tempat duduk. Dan sebelah gue seorang perempuan yang gak tau namanya siapa.

Buat adek perempuan di samping gue, yang turun di stasiun Tugu, kita belom kenalan. Kalo misal baca blog ini, bisa kok kalo mau kenalan. Komen di bawah deh. Gue naik Argo Wilis, dari Bandung tanggal 10 Januari 2014. Gerbong 2. Bangku 9C. Hehehe.

Pukul 08:00
Peluit tanda keberangkatan dibunyikan. Perlahan kereta meninggalkan stasiun Bandung Hall.

So, this is the end of our story. Inilah akhir cerita kita kali ini, teman. Kita berpisah di sini. Begitu banyak cerita, begitu banyak kenangan, begitu banyak tawa, begitu banyak cacian, begitu banyak godaan, begitu banyak canda, begitu banyak uang keluar, begitu banyak perebutan kamar mandi, begitu banyak oleh-oleh, entah apa lagi yang bisa gue sebut. Titik terjauh yang pernah gue capai tanpa orang tua. Titik tertinggi yang pernah gue pijak. Titik terjauh yang pernah dicapai oleh Laponta. Titi tertinggi yang pernah dicapai oleh Laponta. Enggan rasanya mengakhiri cerita ini. But every beginning has an end, right..? We had our beginning, and this is the end. I have to end it this way, travelling further by train. So, this is my end.


Terimakasih juga buat orang-orang yang udah nolong gue di Bandung:
- Mas Dhoni
- Bapak-bapak anonymous
- Tukang parkir yang baik hati
- Pemilik kamar Gateway Apartment kamar SC 7A-20
- Pemilik rental kendaraan yang kami sewa
- dan lain-lainnya yang gak gue sebut

Juga special thanks buat secuil Lapo Crew yang udah membantu gue mewujudkan impian kita ini. 106 hari perencanaan. Ratusan sms. Ratusan chat. Puluhan perubahan rencana. Sekian ratus ribu pulsa untuk menghubungi penginapan. BDG 04 JNR

Tim BDG 04 JNR:
- Gue
- Rizky
- Farid
- Kris
- Dini

Aln-alun Gedung Sate
Baby Zoo
View sarapan
View sarapan
Sarapan ditemani bapak-bapak
Laperrr mas bro...
Udah mirip Krisyanto..?
Sampai juga di Cicadas
The dolphin
The dolphin show
Tujuan utama
Tujuan utama
Tujuan utama
Farid, Gajah, dan Gajah
Taman Apartemen
Cover album
Taman Apartemen
Ratu Crater
KMP Windu Karsa Dwitya
Boyband
Hold on...
What..?
Just...get...in..!
What, bro..?
coba pake baju bajak laut
Bed of nails
Selfie (pas gue fotonya ada di bawah)
Selfie (hasilnya di atas)
Boooooom...
...
Sama om nya Dini
Our so called penguin
Planning
Gajah, temen gue, pacarnya temen gue
Salam dari 1830 m dpl
Sari Ater
Butts...
Tuh kan berkabut
Kita di atas awan...
Yap. Kita di Tangkuban
Pemandangan di atas apartemen
Spot yang gak mau didaki orang lain
OTW ke spot yang gak mau didaki orang lain
WE DID IT




==========BDG 04 JNR==========

2 comments:

This House Is Not For Sale Review: II. Track by Track (Reg)

Jakarta, 18 Mei 2017 Jarak antara Part satu  dan Part dua lumayan jauh. Yaaaaa.... gimana lagi. Sibuk sih. Pergi pagi pulang malam te...